Nasehat Hijrah

  Kisah ini hanya sepotong luka yang sering kau cipatakan Ku hadapi apapun yang ada di depan Kenapa kau terus yang muncul? Enyahlah!  Kau tak layak untuk ku pandang Manusia yang men-dewa-kan EGO  Pergilah! Kau yang selalu menuntut keadilan untuk dirimu tapi kau sendiri yang lupa bahwa tindakanmu seenaknya Semua kau anggap mudah dan menerimamu Hey, nona! Dunia ini tak sebodoh itu harus mengikuti arah telunjukmu Bangun woi Jangan lupa bahwa biduk catur juga bisa melenyapkan RAJA Pertemanan macam apa ini? Kau terus yang mendominasi Dengar ya,  Jangan menuntut ikhlas dari orang lain kalau kau sendiri masih pelit Jangan menuntut orang untuk baik padamu padahal kau sendiri enggan melakukannya Yang terakhir,  Sadari dirimu, perbaiki bad habitmu Gak ada keren-kerennya

  Peduli itu datangnya dari hati bukan paksaan, jika belum mampu pastikan bahwa sekitar tak terganggu oleh ego mu. Bukan tentang pohon yang tak mau disamaratakan dengan pilar hanya saja langit terlalu sibuk mencari yang kokoh hingga lupa siapa sebenarnya yang mempunyai kehidupan. Pilar memang kokoh namun tak mampu memberi penghidupan. Ia hanya mampu menaungi. Sedang pohon walau jelek dan tak sekokoh baja namun buahnya dapat menyelamatkan. Berjalan sesuai alurnya itu perlu namun jangan sampai alur itu merusak bunga di tepi jalan. Disaat kamu sudah dewasa dan memiliki pemikiran yang sudah tertempa jangan sampai buta dan tuli hingga tak menganggap bahwa mawar berduri yang ada di pinggir jalan juga ada fungsinya.  Debu yang hampa juga ada yang membutuhkanny untuk bersuci menghadap Tuhannya.